Dampak dokumen digital terhadap budaya tulis (gambar)
Artikel pemikiran
Ditulis oleh Probo Hindarto
Badan Sistem Informasi Arsitektur
IAI Cabang Malang periode 2009-2012
Budaya menggambar dengan meja gambar layaknya arsitek jaman dahulu semakin ditinggalkan, dan digantikan dengan alat-alat baru yaitu komputer dan sarana digital. Para arsitek tidak lagi memegang gambar kerja, tetapi dokumen digital yang dianggap instan dan memudahkan, karena itu transfer pengetahuan tidak lagi berdasarkan transfer analog tetapi digital, yang menempatkan arsitek dalam mentalitas tertentu.
gambar: Digital atau analog?
source: “Digital vs Analog by nakú, on Flickr”, used under CC lisence
Mentalitas itu adalah apresiasi terhadap gambar kerja maupun sketsa yang semakin hilang dari peredaran, dan menyebabkan sentuhan seni dalam arsitektur juga semakin hilang, tanpa sentuhan seni tangan ahli, arsitektur menjadi rekayasa komputer dalam imajinasi 3D, bukan lagi seni merancang berdasarkan imajinasi 2D dengan sentuhan kemanusiaan yang kental. Dokumen tidak lagi disimpan dalam bentuk file kertas yang memiliki nilai karena makna, keberadaan, maupun usianya, seperti dokumen berharga lainnya. Dokumen menjadi turun nilainya karena dapat digandakan dengan mudah, serta dapat dicopy paste melalui karakter fabrikasi yang sama.
Bentuk-bentuk yang cenderung cepat dan mendukung industrialisme juga dikembangkan seperti bentuk kotak-kotak, minimalis, modern, dan fabrikasi. Memang keduanya tampak sangat serasi mengingat dengan ‘push pull bar’ atau ‘extrude’, seorang arsitek bisa membuat simulasi cepat bentukan yang cenderung kaku, tetapi ritmis, mirip karakteristik fabrikasi.
Kekuatan karakter pribadi seorang arsitek yang juga seniman, misalnya detail kolom, detail ukiran, bahan-bahan non fabrikasi seperti tegel lama atau bata ekspos seakan dengan mudah digantikan oleh dinding putih mulus, sofa, jendela copy-paste, elemen-elemen yang siap digunakan tanpa harus merekayasa dahulu dalam pikiran (imajinasi).
Gambar: karakter metode fabrikasi tergambar jelas dalam desain dan tampilan bangunan
source: “Modern Building by jordanmac101, on Flickr”
used under CC lisence
Gambar: arsitektur vernakular yang bersumber pada ‘tacid knowledge’
“20090822_0054 by Cak-cak, on Flickr”
used under CC lisence
Dampak utama dari sistem berpikir dan mendesain yang ‘terfabrikasi’ ini, adalah menghilangnya potensi dari sentuhan personal dan sentuhan material non fabrikasi karena model penggambaran dan desain yang juga terfabrikasikan. Karakter unik dari arsitektur vernakular atau arsitektur yang didapat dari ‘tacid knowledge’ semakin menghilang, akibatnya gap antara arsitektur vernakular dan modern akan semakin tinggi, memaksa para tukang dari kalangan ‘tacid knowledge’ tertatih-tatih berusaha memahami sistem fabrikasi. Misalnya, keterampilan pertukangan kayu semakin menghilang karena semakin banyak material fabrikasi pengganti kayu seperti alumunium dan beton.