Diskusi arsitektur IAI Cab Malang 26 Maret 2010

26 Maret 2010

Pertemuan kali ini adalah diskusi arsitektur bertema yang dibawakan oleh Bpk Galih Widjil Pangarsa dan Bapak Junianto mengetengahkan topik . Acara ini adalah acara diskusi berkala kedua yang diadakan oleh IAI Cabang Malang.

Acara ini dibuka dan dimoderatori oleh Haris Wibisono selaku ketua IAI Cabang Malang. Pentingnya acara berkala ini disebutkan sebagai forum silaturahmi yang dapat mempererat hubungan antara arsitek di seluruh Malang Raya sehingga arsitek tidak hanya berkutat pada proyeknya masing-masing tapi juga dapat berpartisipasi untuk mengembangkan keilmuan dan profesinya.

Presentasi Pak Galih WP

Pak Galih membahas tentang kompetisi arsitektur dari sisi sejarah yang dilihat melalui timeline sejarah award arsitektur yang bermula dari Eropa dan hubungannya dengan Eurocentrism. IAI di Indonesia perlu dikritisi karena tidak terdapat dalam sejarah yang dituliskan dalam tulisan sejarah yang didasarkan pada Eurocentrism.

Award yang diberikan AIA diberikan pada karya arsitek yang dapat menghubungkan antara teori dan praktek arsitektur. Pritzker Price diberikan pada Zumthor. Kebanyakan award menurut Pak Galih memiliki tendensi untuk mengangkat sisi ekonomi kelompok tertentu. Arsitektur tidak ada artinya tanpa hubungan dengan alam sehingga pada kasus kasus desain yang menang, bila dilihat kebanyakan bangunan tersebut mengambil alam sekitar untuk menunjang keberadaannya, bila bangunan tersebut dipindahkan ke lokasi lain akan tidak sesuai. Dokumentasi arsitektur juga selalu memposisikan arsitektur award tersebut dari sisi bangunan sebagai single building, dan karena itu secara fotografi seringkali mengetengahkan kebohongan arsitektur.

Sistem award yang ada selama ini perlu dibuat lebih demokratis dengan membuka kepentingan publik lebih banyak daripada kepentingan sponsor. Penilai atau juri yang baik seharusnya dipilih dalam rangka keberpihakan untuk rakyat.

Bangunan yang dianggap prestisius biasanya menjadi mercusuar dari bangunan bangunan disekitarnya, karena itu prestisiusnya bangunan harus memiliki nilai yang dapat diterima sebagai kebenaran secara umum. Isu umum global saat ini adalah perkembangan kota dan arsitektur yang sendiri-sendiri atau tidak terintegrasi akibat cara pandang arsitektur sebagai bangunan tunggal dan tidak terintegrasi dengan lingkungan. Hilangnya identitas lokal dapat dipandang sebagai hilangnya fitrah dari lokal, dan karena itu bangunan yang ‘single building’ tidak dapat memenuhi kaidah identitas lokal.

agenda yang tepat dan bijak untuk penghargaan arsitektur adalah:

  1. Memposisikan awards sebagai sarana pendidikan masyarakat dan bukan untuk kebanggaan celebrity culture
  2. Praktisi arsitektur proaktif membanguna paradigma baru keilmuan bersama dengan kampus dengan cara dialog method dan teknis. 

Presentasi Pak Junianto

IAI Award merupakan cermin dari Sikap Arsitektural Arsitek Indonesia. Dalam hal ini arsitektur adalah cermin dari kualitas arsitek Indonesia. Dalam kesempatan ini Pak Junianto mengetengahkan arsitektur pemenang IAI Award, dimulai dari tahun 1982 yaitu Gedung Wisma Darmala. Pada saat itu Paul Rudolf di Jalan Sudirman yang berbeda dari jenis arsitektur ‘kotak sabun’ yang banyak dicemooh pada waktu itu. Arsitektur ini mengangkat jenis arsitektur ‘kampung’ dalam bentuk bangunan tinggi sehingga dianggap sebagai pembaharuan. Bangunan ini juga sangat memperhatikan peruntukan lahan dan peraturan pemerintah terkait penggunaan lahan.

IAI Award dari tahun ke tahun

Selanjutnya, Pak Junianto membahas tentang pengadaan IAI Award dari tahun ke tahun. Award IAI biasanya mempertimbangkan potensi lokal yang diaplikasikan dalam bangunan dan mengangkat potensi lokal yang bisa tampak dalam pengolahan bangunan dari segi nilai lokal. Misalnya IAI Award 1996, dianggap sebagai arsitektur lokal yang mengangkat potensi lokal dan merupakan terminal dengan sirkulasi paling baik di Indonesia.

Beberapa hal lain yang dibahas dalam tanya jawab dengan audience, terdapat pertanyaan tentang bagaimana sertifikasi IAI. Bagaimana sertifikasi IAI dapat mengakomodasi kemudahan arsitek.

Ditulis oleh Probo Hindarto
Foto oleh Aditya Lantip Sasmita, Hermawan

Probo Hindarto

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!