HIDEWAY VILLAS
Arsitek | : | Teguh Laksono Bramastia Hartanto |
Lokasi | : | Jl. Bambang Bendot, Pacatu, Bali |
Luas Lahan | : | 6280 m² |
Luas Bangunan | : | 5700 m² |
Fotografer | : | Teguh Laksono Hideway Villas Muhammad Chottob W., IAI |
Sesuai dengan penamaannya, Hideway Villas mengusung konsep kompleks vila yang lokasinya agak tersembunyi. Meskipun demikian area ini memiliki view ke arah laut, meskipun lagi tidak benar-benar dekat dengan laut. Terbagi menjadi 31 buah vila dan 4 suite , terdapat tiga tipe vila yang bisa ditemukan pada kompleks ini. Desain dari keseluruhan kompleks yang berada pada lahan yang agak tersembunyi itu juga memberi pengaruh pada desain vila yang lebih berorientasi ‘ke dalam’ daripada ‘keluar’. Orientasi ke dalam yang dimaksud adalah vila tidak di desain dengan fasad yang megah atau mewah, namun begitu berada di dalam vila, konsep villa yang secluded itu terasa kuat. Masing-masing unit villa memiliki privasi yang cukup tinggi dan dipisahkan oleh koridor-koridor yang memanjang. Arsitek merancang bangunan yang terkesan ‘tanpa fasad’, karena koridor-koridornya lebih kepada dinding pembatas masing-masing vila. Pengalaman fasad yang ada lebih kepada pengalaman-pengalaman ruang dibagian dalam area vila.
Masing-masing vila memiliki area bangunan dengan kamar tidur, dapur, serta living roomsendiri. Dengan dua lantai, dimana lantai bawah digunakan sebagai ruang-ruang servis atau penunjang, dan lantai atas digunakan sebagai area utama vila dengan kolam renang pribadi. Dengan view menghadap ke barat, arsitek bersolusi untuk merancang bangunan-bangunan unit vila yang tipis dengan roof garden. Dengan dipisahkan koridor-koridor yang berfungsi sebagai jalan masuk, penghuni diberikan pengalaman ruang yang dramatis dan memorable , karena setelah koridor-koridor yang memanjang, akan sampai kedalam vila dengan kesan terbuka. Konsep ini disesuaikan tema sebagai hideway villa , dimana diharapkan penghuni akan berdiamdi area ini sambil menikmati suasana tanpa membutuhkan bepergian keluar kompleks vila.
Masing-masing vila bisa memiliki roof garden dan pandangan yang bebas ke arah laut, karena penataan vila berkonsep terasering yang terinspirasi dari tatanan persawahan berundag-undag di lereng-lereng wilayah pulau Bali. Setiap undagan adalah pembagi untuk setiap row vila. Kebetulan lahan yang ada eksisting memiliki kontur yang menurun ke arah laut, sehingga potensi ini dimaksimalkan dengan menaikkan vila 3 meter dari vila didepannya. Hal ini menjadikan kesempatan untuk mengolah garden roof secara maksimal, yang diakui arsitek merupakan suatu tantangan tersendiri berkenaan dengan kontur lahan.
Material yang terlihat, teraba dan terasa dalam ruang memang mempunyai efek psikologis yang kuat, terlebih saat material itu dirancang demi memanjakan visual. Agar tidak terlihat terlalu modern dan kaku, arsitek mengkombinasikan berbagai material lokal, yang terkesan alami dan jujur. Dalam banyak kesempatan, ini juga usaha meminimalkan biaya pembangunan dengan cara mengeksplorasi material agar terlihat lebih estetis tanpa tambahan biaya, misalnya penggunaan bata putih yang dipotong sedikit ujungnya dan diatur dalam tatanan ritmis.
Demikian juga dengan material sirap dari kayu ulin yang dipakai sebagai plafon dan dindingpada area lobby dan resto, dimaksudkan sebagai cara untuk memaksimalkan material ini darisegi biaya, untuk mencapai visual yang paling luas dari material yang paling efektif penggunaannya. Hal ini menjadikan perpaduan berbagai elemen material sebagai semacam architectural statement, sebagaimana diinginkan arsiteknya.
by :
Studio | : | FA Studio |
Alamat | : | Jl.Karang Sari No.29 Padang Sambian Kaja, Denpasar Barat, Bali – 80117 |
No. Telpon | : | 081916476206 |
: | @tguhlaksono | |
: | tguhlaksono@gmail.com |
Sumber : Buku 25 Karya Arsitek IAI Malang, Penulis : Probo Hindarto