VILLA TEMPO DOELOE
Arsitek | : | Farid Yudha Umbara Shindu Paringka |
Lokasi | : | Canggu, Bali |
Luas Lahan | : | 1.873 m² |
Luas Bangunan | : | 452,75 m² |
Fotografer | : | Villa Tempo Doeloe |
Lokasi vila ini terletak di Bali, tepatnya di sebuah petak lahan yang berada ditengah-tengah area persawahan dan pemukiman pedesaan. Apabila dirunut dari gambaran besarnya, vila ini lebih kepada area pribadi untuk tinggal / berlibur keluarga secara privat. Dengan luas lahan yang cukup, bangunan vila dirancang maksimal untuk berkolaborasi dengan alam agar membentuk pengalaman berarsitektur yang utuh. Utuh karena arsitekturnya dapat berdialog dengan alam itu, keduanya merupakan pasangan yang saling melengkapi.
Elemen-elemen arsitekturnya dibentuk dari material yang diusahakan alami. Hal ini karena pemilik jatuh cinta pada arsitektur vernakular khususnya di Jawa dan Bali. Konsep itu kemudian diterjemahkan menjadi pemilihan material yang dibiarkan dengan tekstur alaminya, serta cara membangun yang mereservasi keahlian pertukangan lokal.
Kayu, batu dan material lainnya seringkali sengaja dibiarkan utuh untuk memperlihatkan kealamian maupun teksturnya. Demi kebutuhan membangun, pemilik rela untuk mencari material seperti kayu gelondong yang cukup terbatas persediaannya. Tidak hanya itu, melengkapi kesempurnaannya memerlukan eksplorasi ke daerah-daerah di sekitar Jawa dan Bali, misalnya pada saat melengkapi furniture. Arsitekturnya yang menggunakan banyak kosakata dari arsitektur vernakular lebih mengutamakan bentukan-bentukan yang cenderung membumi.
Eksplorasi itu tidak hanya pada material dan bentukan arsitektur tetapi juga pada pemilihan elemen interiornya. Sejak awal memang bangunan ini dirancang agar memenuhi keinginan pemiliknya untuk membawa tradisi arsitektur dari Jawa dan Bali ke dalam huniannya. Barangkali suatu ungkapan yang tepat adalah, mereka yang berada di tempat yang jauh bisa melihat gambaran besar dari sebuah negeri. Saat orang- orang di negeri kita banyak yang melupakan tradisi arsitekturnya, justru ada orang-orang dari belahan dunia lain yang ingin memahami dan mengalaminya.
Hal yang cukup sulit untuk dilakukan tentunya adalah mempertahankan atau bahkan menggali kembali kekayaan arsitektur dari suatu regional. Hal ini karena banyak detail dan kosakata arsitektur tradisional yang sudah semakin menghilang. Tradisi hanya bisa dipertahankan apabila ia diyakini dan dihargai sebagai suatu hal yang baik untuk dilakukan secara berkelanjutan, dan diturunkan maupun dituturkan.
Eksplorasi ini juga dirasa membantu sang arsitek untuk membuka memori masa lalu kedalam masa kini. Memang tidak mudah untuk melakukannya, sebutnya. Terutama saat lebih banyak jenis konstruksi modern dengan material yang tersedia melimpah, dibandingkan dengan jenis konstruksi vernakular dan tradisional, dengan material dan detail yang masih harus banyak dikaji untuk bisa dilaksanakan kembali, atau memerlukan keterampilan pertukangan yang sesuai. Hasilnya memang bisa dibilang merupakan banyak trial and error . Tetapi hal ini tidak menyurutkan pemilik maupun arsitek untuk sampai pada desain vila yang terbangun.
by :
Studio | : | CV Graha Citra Selaras |
Alamat | : | Jl. Jawa No. 27 Ds. Karangsari Ngawi – Jawa Timur |
No. Telpon | : | 081 337 549 469 |
: | grahacitraselarasarsitek@gmail.com |
Sumber : Buku 25 Karya Arsitek IAI Malang, Penulis : Probo Hindarto